Rasulullah SAW menggambarkan lingkaran orang berzikir sebagai Taman Syurga yang sangat indah, penuh ketenangan dan kedamaian , mengalir segala rahmat dan karunia Allah SWT. Kenapa lingkaran orang berzikir di ibaratkan sebagai Taman Surga? Karena disaat mata terpejam, kepala pun tertunduk untuk merendahkan diri dengan serendah-rendahnya kepada Allah SWT yang Maha Agung lagi Maha Perkasa, lidah terasa kelu tanpa bisa mengucapkan sepatah kata pun, hanya hati yang terus bergetar, dimulai dengan ucapan astarafirullah sebagai wujud permohonan ampun kepada Allah SWT atas dosa-dosa yang kita lakukan baik yang kita sadari maupun yang tidak kita sadari, barulah kemudian hati kita bergetar berzikir ALLAH, ALLAH. Seluruh anggota badan ikut merasakan getaran Maha Dasyat dari keagungan Kalimah Allah.
Keindahan zikir dalam lingkaran dibawah bimbingan Waliyammursyida tidak akan bisa digambarkan dengan kata-kata, zikir yang selalu dinaungi oleh Nur Allah beserta segenap Para malaikat-Nya sebagaimana dalam sebuah hadist :
“Apabila duduk suatu kaum mengucapkan dzikir ALLAH, maka melingkungi akan mereka malaikat-malaikat dan meliputi akan mereka Rahmat dan turut atas mereka SAKINAH (ketenangan jiwa) dan ALLAH menyebut mereka pada sisi-Nya”. (HR. Imam Muslim)
Zikir yang senantiasa dikelilingi oleh para Malaikat ini lah selalu dirasakan oleh orang-orang yang intensif berzikir selama 10 hari dalam iktikaf dan suluk dan tentu akan menghasilkan jiwa yang tenang, jiwa yang kelak bila saatnya telah tiba akan dipanggil kembali oleh Allah SWT untuk kembali kepada-Nya.
Marilah kita semua untuk selalu memperbanyak zikir kepada Allah SWT, karena sesungguhnya zikir itu adalah perintah Allah SWT sebagai firman-Nya :
“Dan ingatlah Tuhan mu sebanyak-banyaknya dan tasbihlah di waktu petang-petang dan pagi-pagi (Q.S. Al-Ahzab, 41-42).
“Barang siapa yang tidak mengingat AKU, dia akan mendapat kehidupan yang sulit dan di akhirat akan dikumpulkan sebagai orang buta” (Q.S. Thaha, 124)
“Siksaanlah bagi orang yang engkar hatinya mengingat ALLAH, orang-orang itu dalam kesesatan yang nyata” (Q.S. Azzumar, 22)
Zikir bukan hanya bisa menghilangkan penyakit hati akan tetapi juga bisa menyembuhkan penyakit-penyakit zahir yang kadang tidak bisa ditangani oleh dokter seperti penyakit AIDS/HIV, Kangker ganas, Leukimia, termasuk juga bisa dijadikan terapi untuk menyembuhkan orang gila dan orang yang kecanduan narkoba.
Allah SWT telah memberikan garansi kepada orang-orang yang selalu mengamalkan zikir untuk terlepas dari berbagai malapetaka dan bencana sebagaimana tersebut dalam sebuah hadist:
“Tidak memberi mudharat apa-apa yang dibumi dan tidak pula di dilangit bagi orang yang beserta dengan nama-Nya” (HR. Abu Daud dan Thirmidzi).
Bahkan Allah SWT juga memberikan garansi kepada manusia untuk tidak mengkiamatkan dunia ini kalau masih ada orang yang berzikir menyebut nama-Nya sebagai mana tersebut dalam hadist berikut :
“Tiada akan datang Kiamat, kecuali kalau dimuka bumi tidak ada lagi yang membaca Allah, Allah, Allah” (HR. Muslim)
Disaat seorang hamba berzikir didalam lingkaran (Taman Syurga), bertawajuh dibawah pimpinan seorang Guru Mursyid yang dalam dadanya telah tersalur Nur Ilahi, seluruh badan digetarkan oleh energi Zikir Kalimah Allah yang maha dasyat yang di istilahkan oleh Prof. Dr. SS. Kadirun Yahya MA. M.Sc sebagai Teknolgi Alqur’an, yang dapat memusnahkan segala jenis penyakit dan me-normal-kan kembali fungsi tubuh secara zahir dan mententramkan hati.
Zikir yang bisa menyelesaikan semua problem hidup bukanlah zikir sekedar meniru ucapan, akan tetapi zikir yang mengandung Nur Ilahi. Untuk mendapatkan itu sebelum kita berzikir terlebih dahulu kita mendapatkan frekwensi gelombang dari Rohani Rasulullah (Nur ala Nurin) melalui Rohani sang Mursyid, barulah rohani kita itu, yang pada hakekatnya telah menyatukan diri Rohaninya dengan Rohani Rasulullah, hingga memiliki frekwensi yang sama, barulah rohani kita detik itu, dapat hadir kehadirat Allah SWT karena rohani Rasulullah itu sangat dekat dengan Allah SWT.
Itulah sebabnya kenapa lingkaran zikir digambarkan oleh Rasulullah SAW sebagai Taman Syurga, karena sesungguhnya Syurga itu berada disisi Allah SWT, maka disaat berzikir rohani kita pada hakikatnya telah berada disisi Allah SWT, rohani kita berada di Taman Syurga-Nya yang sangat indah dan damai. Sering-seringlah kita singgah di Taman Syurga semasa kita hidup didunia sebagaimana anjuran Rasulullah agar kelak di akhirat kita bisa masuk kedalam Surga. SUFI MUDA
Amal ibadah yang dilaksanakan dalam suatu jama'ah
(berkelompok), termasuk dzikrullah, adalah lebih mulia
daripada amal ibadah yang dilakukan sendiri.
Kalbu-kalbu bertemu dalam jamaah, dan dalam jama'ah
itu, orang-orang menemukan saling tolong dan
keharmonisan. Yang lemah dapat mengambil sesuatu dari
yang kuat, yang berada dalam kegelapan memperoleh
sesuatu dari yang berada dalam cahaya, yang lalai dari
yang berilmu, dan seterusnya.
Abu Hurayrah ra meriwayatkan bahwa Rasulullah saw
bersabda, "Allah swt memiliki malaikat yang menyusuri
jalan besar maupun jalan kecil mencari
kumpulan-kumpulan dzikir di bumi. Saat mereka
menemukan suatu kelompok dzikir, mereka menaunginya
dengan sayap-sayap mereka yang terentang hingga ke
langit. Allah bertanya pada mereka, "Dari mana kalian
datang?" Mereka menjawab, "Kami telah datang dari
hamba-hamba-MU yang mensucikan-Mu, memuji-Mu,
menyatakan keesaan-Mu, memohon-Mu dan mencari
perlindungan dengan-Mu,"
Allah berkata, dan Ia jauh lebih tahu dari mereka,
"Apa yang mereka pinta dari-Ku?" Mereka menjawab,
"Mereka meminta dari-Mu Surga." Ia berkata, "Apakah
mereka pernah melihatnya?" Malaikat menjawab, "Belum,
wahai Tuhan kami." Ia berkata, "Bagaimana seandainya
mereka pernah melihatnya?" Kemudian Ia bertanya, dan
Ia lebih tahu daripada mereka, "Dari apa mereka
meminta perlindungan?" "Dari Neraka," Malaikat
menjawab.
Allah bertanya, "Sudahkah mereka melihatnya?" "Belum,"
Malaikat menjawab. Kemudian Allah berkata, "Bagaimana
seandainya mereka pernah melihatnya?" Kemudian Allah
berkata, "Aku bersaksi pada kalian bahwa Aku telah
mengampuni mereka, Aku telah berikan pada mereka apa
yang mereka minta pada-Ku, dan Aku telah berikan pula
pada mereka perlindungan yang mereka minta dari-Ku."
Malaikat berkata, "Wahai Tuhan kami, di antara mereka
ada seorang zalim yang kebetulan duduk bersama mereka,
tapi tidak termasuk dalam golongan mereka." Allah
berkata, "Aku pun telah mengampuninya. Orang yang
duduk dengan orang-orang dzikir ini tidak akan
disiksa." [Muslim, at-Tirmidzi, al-Hakim].
Abu Hurairah meriwayatkan dari Abu Sa'id al-Khudri
bahwa Rasulullah bersabda, "Tak ada sekelompok orang
yang mengingat Allah, melainkan malaikat mengelilingi
mereka, rahmat menaungi mereka, dan ketenangan turun
atas mereka, dan Allah menyebut mereka pada majelis
yang bersama-Nya." [Muslim, at-Tirmidzi]. Mu'awiyah
meriwayatkan bahwa Nabi saw, pergi ke suatu lingkaran
perkumpulan Sahabat-sahabat beliau, dan bertanya, "Apa
yang telah menyebabkan kalian duduk bersama?" Mereka
menjawab, "Kami duduk untuk mengingat Allah dan
memuji-Nya." Beliau bersabda, "Jibril as telah datang
padaku dan melaporkan padaku bahwa para Malaikat
sedang membangga-banggakan kalian." [Muslim,
at-Tirmidzi].
Anas ra meriwayatkan bahwa Rasululllah saw bersabda,
"Allah swt memiliki malaikat yang bergerak untuk
mencari majlis-majlis dzikir. Saat malaikat menemui
mereka, malaikat akan mengelilingi mereka."
[Al-Bazzar]. Anas juga meriwayatkan bahwa Rasulullah
bersabda, "Jika kalian mendatangi padang rumput Surga,
merumputlah di sana." Beliau ditanya, "Apa itu padang
rumput Surga?" "Majelis Dzikir," beliau menjawab.
[at-Tirmidzi].
Ulama Ibn 'Allan, pengomentar al-Adzkar An-Nawawi
(kitab tentang Dzikir karangan Imam Nawawi-red),
berkata bahwa hadits ini bermakna, "Jika kalian
melewati suatu kelompok yang mengingat Allah , lakukan
dzikir yang mereka lakukan atau dengarlah dzikir
mereka. Mereka sedang berada di padang rumput-padang
rumput Surga saat ini atau nanti. Allah berfirman, Dan
bagi siapa yang takut akan Maqam Tuhannya, ada dua
Surga.' (55:46)" [al-Futuhat ar-Rabbaniyya
'ala'l-Adhkar an-Nawawiyya]
Dalam komentarnya, Ibn 'Abidin berkata tentang
dzikrullah dalam kelompok, "Imam al-Ghazali
membandingkan antara berdzikir sendiri dengan dzikir
dalam kelompok sebagaimana adzan dari seseorang
sendirian dengan adzan dari suatu kelompok orang. Ia
berkata, 'Sebagaimana suara dari sekelompok muadzdzin
akan menjangkau lebih jauh daripada suara seorang
muadzdzin tunggal, demikian pula dzikir dalam suatu
kelompok memiliki efek lebih besar dalam menjangkau
hati seseorang, dalam menyingkapkan hijab tebalnya,
daripada dzikir oleh satu orang."
Dalam Hashiyyah-nya, at-Tahtawi berkata, "Asy-Sya'rawi
menyatakan bahwa ulama baik salaf maupun khalaf,
bersepakat bahwa dianjurkan untuk berdzikir pada Allah
dalam suatu kelompok di masjid-masjid atau di mana pun
tanpa ada keberatan atasnya, kecuali jika dzikir
mereka mengganggu seseorang yang tidur, shalat, atau
membaca Quran; sebagaimana hal ini telah
dikonfirmasikan dalam kitab-kitab Fiqih."
Wa min Allah at-tawfiq bi hurmat al-Fatiha.